jump to navigation

Vooridjer untuk siapa.. ? 15 Mei 2017

Posted by tri susanto setiawan in Tidak Dikategorikan.
add a comment

Lagi lagi viral di dunia maya tentang vooridjer yang mengawal rombongan konvoi moge dan mematahkan spion mobil salah seorang warga sipil. Setelah sejak lama diperbincangkan, kasus ini seolah melengkapi citra negative dari vooridjer.

Oya…. Buat yang bingung apa itu vooridjer, itu adalah motor polisi yang pake bunyi Wiu.. Wiu…. Totot… Totot… semacam itulah, yang fungsinya adalah sebagai pengawalan dan pembuka jalan bagi iringan dibelakangnya agar mendapatkan keutamaan dalam penggunaan jalan. Jadi rombongan yang dikawal sama nih vooridjer udah kagak perlu lagi lihat rambu-rambu lalu lintas, mau lampu ijo kek, lampu merah kek, sikat aja.

Inilah yang jadi perdebatan selama ini. Jika yang dikawal adalah pihak-pihak yang memang memiliki kepentingan kegawatan atau urgent alias darurat, kagak bakal ada masalah sama ni vooridjer. Namun pada kenyataan di lapangan, ada beberapa kasus pengawalan oleh vooridjer yang menurut beberapa orang tidak ada kepentingan urgensi apapun. Kalau yang dikawal itu mobil DamKar, Ambulance, Kepala Negara, ataupun gal-hal lain yang bersifat urgent it’s no problem… But kalo yang lain?

Aturan tentang Vooridjer sebetulnya sudah ada Undang-undangnya, bisa lihat di UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), tercantum dalam Pasal 134 dan Pasal 135. Disana telah ditulis secara detail siapa-siapa yang berhak untuk mendapatkan keutamaan atas jalan raya alias mendapatkan pengawalam vooridjer. Namun, berdasarkan pengamatan dan penglihatan beberapa orang, disana terdapat poin terakhir yang tertulis “berdasarkam pertimbangan pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia”. Memang sih ada banyak pertimbangan untuk menerjunkan tim vooridjer, seperti iring-iringan menteri yang akan melaksanakan tugas, para anggota dewan yang sedang melakulan perjalanan dinas agar tidak terlambat, namun yang sering jadi pertanyaan adalah iring-iringan konvoi moge alias motor gede.

Atas dasar beberapa kasus pengawalam moge itulah maka muncul stigma bahwa pertimbangan khusus yang dimaksud adalah “duit”. Siapa yang bersedia membayar sesuai tarif atau bahkan diatas tarif, ya monggo pake vooridjer. Terlepas dari benar atau tidaknya stigma ini tidak ada yang bisa mengatakan hal ini benar atau salah. Karena semua yang dilakukan oleh pihak vooridjer juga tidak melanggar, lha di UU diperbolehkan kok mengawal konvoi atau iring-iringan asalkan pertimbangannya sesuai.

Kembali ke kasus pemrotolan spion yang baru-baru ini viral. Kita sebetulnya bisa melihat dari kedua sudut pandang, baik itu dari sisi vooridjer, maupun dari sisi si pengendara mobil.

Kalau dari sisi sang pengendara mobil, divideo tersebut memang terlihat sang pengendara sedikit memutar stir nya ke arah kanan, yaitu lajur sempit yang digunakan rombongan moge untuk melintas lengkap dengan bunyi totot…totot… dari vooridjer. Padahal pada kondisi tersebut terlihat jelas bahwa jalan sedang macet merayap, jadi jika ada kendaraan yang slip lajur dikit aja, pasti akan menutup lajur kendaraan kecil disebelahnya. 

Sedangkan dari sang vooridjer sendiri, dia sedang melaksanakan tugas pengawalan, otomatia prioritas utama adalah melaksanakan protap, yaitu memberikan akses jalan bagi yanh dikawal. Sirine sudah bunyi, totot..totot.. pun sudah diperdengarkan, harusnya menurut sang vooridjer, itu sudah cukup sebagai tanda bagi semua kendaraan di depan untuk menepo, memberikan jalan bagi iring-iringan yang akan lewat. Sesuai prosedur sampai sejauh ini.. Namun pada saat sang vooridjer lewat di samping mobil, entah disengaja atau tidak tangan sang vooridjer menyenggol spion mobil sampai patah, dan sang vooridjer langsung melenggang tanpa rasa bersalah ataupun menyesal.

Terlepas dari benar atau salah tindakan dari kedua pihak, menurut hemat saya, segala tindakan pengrusakan tidak dapat dibenarkan. Kalau kita melihat lebih dalam, iya kalau tu mobil punya sendiri, lagi jalan-jalan karena udah kebanyakan duit, spion patah sih kagak masalah. Lha kalau si mobil tadi adalah keluarga kecil yang menyisihkan sebagian dari uang bulanan untuk bisa menyewa mobil karena akan mengunjungi kerabat nun jauh, apa jadinya? Buntung berkali-kali… Sudah mobil rental, spion patah. Untuk ukuran orang-orang yang ikut rombongan konvoi moge mungkin harga spion mah tidak ada apa-apanya, namun bagi rakyat kecil?

Tidak akan pernah selesai jika terus memperdebatkan tentang vooridjer ini, karena memang mereka dilindungi UU yang sah. Namun ada baiknya jika ketika di jalan sedikit tepo seliro, saling menghargai. Saya pribadi kalau ada vooridjer yang lagi ngawal iring-iringan konvoi motor, mending saya minggir, meskipun nggrundel “emang mau ngapain sih konvoi motor aja pake dikawal, udah kebanyakan duit kali”. Jadi kalo udah ada suara wiu….wiu…. totot…totot… saya mah milih minggir apapun itu yang bakal lewat. 

Dan untuk saudara-saudara yang disatuan vooridjer, mohon hendaknya sedikit bersabar jika ada masyarakat yang tidak paham dengan kewajiban anda dalam pengawalan. Hemat saya ketukan ringan di kaca pintu mobil sudah cukup untuk peringatan biar si pengendara bisa minggir, tidak harus dengan gaya pengrusakan yang malah menonjolkan sifat arogan dan menghancurkan citra anda di masyarakat. Korp Coklat sudah cukup negative di mata masyarakat, mohon jangan ditambahi.

Salam.

Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2017

Posted by tri susanto setiawan in Tidak Dikategorikan.
Tags: , ,
add a comment

Setiap 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Kalau jaman saya 

sekolah dulu, pagi2 ada upacara di lapangan sekolah, pembina upacara membacakan amanat yang berup teks kiriman dari Dinas Kabupaten, acara seremonial yang tiap tahun selalu sama.

Tiap 2 Mei juga, banyak bermunculan artikel, status, statement atau apapun itu yang membahas pendidikan di Indonesia, yang mau diakui atau tidak, masih banyak kekurangan. Sekolah-sekolah di pelosok dengan fasilitas minim, akses jalan menuju sekolah yang susah, kondiai gedung sekolah daerah-daerah yang sudah reot, dan masih banyak fakta tentang pendidikan di negeri ini yang memang masih jauh dari sempurna, bahkan susah dikatakan layak. Banyak yang tiba-tiba menjadi pengamat pendidikan, membahas segala hal tentang pendidikan dan segala tetek bengeknya. Hanya saja mungkin ada hal yang belum tersentuh, bukan sistem, bukan kurikulum, tapi hal yang lebih penting dari itu….. yaitu Guru.

Mungkin banyak yang berpikir untuk membahas guru ada waktunya sendiri pada saat Hari Guru, namun diakui atau tidak, guru merupakan aspek terpenting dari suatu pendidikan. Berbicara tentang guru di Indonesia memang tidak ada habisnya, yang paling hangat tentunya sertifikasi. Karena hal itu merupakan titik balik dari “merana” nya nasib guru sejak jaman dahulu kala.

Namun jika dilihat lebih dalam lagi, ada hal yang tak kalah penting, Guru Honorer atau di beberapa daerah disebut GTT atau Sukwan. 

Fenomena GTT tidak bisa dihindarkan di dunia pendidikan Indonesia. Kurangnya tenaga pendidik di suatu sekolah memaksa pihak sekolah untuk mengangkat guru honorer agar proses pembelajaran di sekolah tetap berjalan. Beban kerja yang diberikan pun sama seperti guru pada umumnya (PNS red.), memberikan pembelajaran, menyelesaikan administrasi pendidikan dan sebagainya, namun ada hal yang sangat mencolok yang membedakan mereka, honor.

Ya…. honor guru honorer pada umumnya (saya menyebut pada umumnya karena ada beberapa yang tidak) tidak sepadan dengan apa yang dikerjakan. Di daerah sekitar Madura, menurut pengalaman saya honor GTT berkisar di angka 200 hingga 500 ribu, itupun terkadang ada beberapa sekolah yang tidak mampu membayar, sehingga gajinya nunggak. Ironis memang, sekolah kekurangan tenaga pengajar, namun juga tidak punya dana untuk membayar layak guru honorer, sedangkan dana bantuan BOS dibatasi hanya 10% (kalau tidak salah ingat) untuk belanja pegawai alias gaji honorer, padahal di satu sekolah jumlah GTT lebih dari satu. 

Saya tidak membicarakan GTT yang diperkotaan, yang saya titik beratkan adalah yang di daerah. Di perkotaan, biasanya teman-teman GTT menyiasati keadaan ekonomi mereka dengan membuka bimbingan belajar ataupun les privat, pendapatannya? Lebih besar dari gaji GTT itu sendiri. Namun jika di daerah? Apakah bisa seperti itu? Tidak semua orang tua siswa bisa memberikan biaya lebih untuk pendidikan anaknya. Biaya sekolah sendiri (yang katanya gratis) terkadang sudah membuat pusing orang tua.

Pihak pemerintah sendiri sampai saat ini saya belum tahu langkah apa yang telah diambil untuk menyikapi fenomena GTT ini. Terkadang ada rasa iri dan cemburu pada profesi buruh. Tiap MayDay tanggal 1 Mei, para buruh berdemo, menuntut kenaikan upah, menuntut kejelasan status, menuntut kejelasan masa depan. Pemerintah menfasilitasi, UMK naik tiap tahunnya, pemerintah menyusun Indikator Hidup Layak sebagai dasar penetapan UMK, dan itu berlangsung tiap tahun.

Kalau dipikir, apa bedanya para GTT dengan buruh? Kejelasan status juga tidak ada, kejelasan masa depan juga masih tidak terlihat, yang jadi pegangan dan doktrin di otak para GTT hanyalah pekerjaan mereka adalah pekerjaan mulia,  bayaran mereka akan diterima di akhirat kelak, Tuhan yang membayarnya. Pernah saya berdiskusi dengan teman buruh, menanyakan mengapa mereka masih demo aja, padahal UMK sudah cukup tinggi. Mereka menjawab, ini usaha kita untuk memperbaiki nasib kami, jika kami tidak memperjuangkan, siapa yang bakal memperjuangkan? Masuk akal memang. Hingha beberapa tahun yang lalu tercetus ide gila di daerah saya, pas hari guru para GTT akan demo, menuntut kejelasan. Berita itu santer sekali hingga terdengar oleh Kepala Dinas, lalu muncullah sebuah teguran “Guru itu panutan, digugu lan ditiru, kalau gurunya aja ngajari demo, mau jadi apa muridnya?”. Buah simalakama, diam saja tidak akan merubah nasib, mencoba memperjuangkan dihalangi, melalui jalan mediasi sudah seringkali dilakukan, namun ya tetap aja tidak ada perubahan.

Tulisan ini sebetulnya sudah lama bercokol di kepala, hanya menunggu kesempatan dan mood untuk menumpahkannya disini. Saya pribadi 3 tahun terakhir sudah tidak berkecimpung di dunia pendidikan sekolah, saya memilih jadi tentor di sebuah bimbel, honor tentu lebih lumayan dibandingkan dengan menjadi GTT di sekolah. Hanya saja sebagai seorang guru, tidak mengajar di sekolah itu menjadi sebuah lubang di hati, menjadi sebuah kekurangan, akhirnya karena panggilan hati, sejak tahun ajaran ini sayapun kembali ke dunia sekolah, mengajar di sebuah sekolah swasta di Surabaya.

Harapan saya sih sebetulnya simpel, adanya aturan baku tentang GTT dan honor minimal aja udah cukup. Apalagi dengan diterapkannya penghentian sementara untuk pengangkatan PNS dalam beberapa tahun ke belakang, makin menutup jalan bagi GTT untuk mendapatkan hidup “layak” dari profesinya. Ada yang bilang ” Jadi guru itu panggilan jiwa, jangan dijadikan mata pencaharian”. Wah….. berarti memang di negara ini yang namanya profesi guru hanyalah sebagai pelengkap saja…… bukan sebagai pioneer di dunia pendidikan.

Tugas Fisika Kelas X Multimedia 1 1 Februari 2014

Posted by tri susanto setiawan in Soal-Soal.
add a comment
  1. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan 5 m/s. Kemudian mobil tersebut dikenai percepatan sebesar 2m/s2. Hitunglah  : a)Kecepatan mobil setelah 5s ! ; b)Jarak yang ditempuh mobil setelah 5s!
  2. Sebuah batu bermassa 30kg dijatuhkan dari ketinggian 20m dari permukaan tanah. Jika batu tersebut jatuh tannpa kecepatan awal, tentukan kecepatan batu saat menyentuh tanah !
  3. Sebuah peluru 20gram ditembakkan ke atas dengan menggunakan senapan angin. Jika kecepatan peluru ketika meninggalkan laras senapan 30 m/s, tentukan ketinggian maksimum yang dicapai peluru !

 Ketentuan Tugas :

Dikerjakan di buku catatan, dikumpulkan di ruang guru maksimal Rabu/ 05 Pebruari 2014.

 

Ketika Kemampuan ditukar dengan Status Sosial 3 Juni 2013

Posted by tri susanto setiawan in Umum.
add a comment

Bingung untuk menentukan judul tulisan ini, karena memang gak tahu apa kata yang tepat untuk menggambarkan isi di dalamnya. Yang pasti tulisan ini berkaitan dengan Pekerjaan di mata masyarakat, minimal masyarakat sekitar saya, di daerah Sampang – Madura.

Pekerjaan, ya sesuatu yang pastinya diharapkan oleh setiap orang. Untuk bisa memenuhi kebutuhannya tentunya setiap orang harus bekerja. Bahkan untuk kepala keluarga ini adalah suatu kewajiban. namun apa yang terjadi ketika kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan kurang mumpuni, tetapi tetap memaksakan untuk melakukan pekerjaan tersebut?

Di masyarakat sekitar saya, sungguh sangat menjadi beban ketika ada seseorang yang sudah cukup usia untuk bekerja, namun masih berada di rumah setiap hari alias menjadi pengangguran. Sudah cukup lazim di masyarakat sekitar saya kalau bekerja itu adalah memakai sepatu dan berseragam.

(lebih…)

Kembali Menulis…. 1 Juni 2013

Posted by tri susanto setiawan in Umum.
add a comment

Setelah sekian lama blog ini vakum dan dianggurin, kayaknya timbul lai keinginan untuk menulis..

Ternyata benar, ketika lama tidak menulis pikiran jadi sumpek. Banyak hal yang dipikirkan tanpa tahu harus dibuang kemana. Minimal meskipun tidak menemukan solusi dari yang ada di otak, ada tempat untuk mencurahkan isi otak.

Dalam beberapa bulan terakhir, banyak hal yang kudengar dari orang-orang disekitar, tentang pendidikan, manajemen kantor, kinerja pegawai, hingga kesenjangan antara tenaga honorer dan PNS yang tidak pernah selesai.

hal-hal itu malah terus bercokol di pikiran dan menuntut untuk dikeluarkan. Akhirnya sebuah keputusan harus diambil, keluarkan seluruh isi otak dalam tulisan, dan blog ini kembali menjadi tempat pulangku dalam menumpahkan isi pikiran.

Semoga bisa terus menulis.. Dan kayaknya bakal ganti gaya bahasa deh, jadi bingung mau nulis pake gaya bahasa resmi, Pake bahasa prokem aja deh, yang penting yang baca pada ngerti.

Benarkah Bernoulli mampu menerbangkan sebuah pesawat…????? (Prinsip Gaya Angkat pada Pesawat Terbang) 13 Februari 2011

Posted by tri susanto setiawan in Berita Fisika.
3 comments

Sulit sekali bagi saya untuk mempercayai kenyataan bahwa pesawat raksasa dapat terbang, dengan dukungan udara yang begitu tipis. Bagaimana caranya? Keterpesonaan saya diperbesar lagi oleh kenyataan bahwa ketika dahulu saya “diajari” tentang cara kerja pesawat, rupanya saya dituntun ke arah yang keliru. Kendati sebagian besar buku panduan pelatihan terbang menyebut bahwa gaya angkat sebuah pesawat terjadi berkat Prinsip Bernoulli, sesungguhnya itu bukan alasan utamasebuah pesawat tetap melayang di udara. Itu kebetulan merupakan sebuah penjelasan yang cepat dan muda, tetapi seperti semua jawaban sederhana peluang untuk menyesatkan selalu ada, bahkan sulit untuk tidak disebut keliru.
(lebih…)

The Core, sebuah film tentang inti bumi… 4 Januari 2011

Posted by tri susanto setiawan in Umum.
15 comments

Sejumlah kejadian aneh termasuk pola cuaca aneh dan migrasi massa burung telah menyebabkan orang takut sesuatu yang tidak beres terjadi dengan medan magnet bumi. Di Amerika Serikat, geofisikawan yang cemerlang namun kusut, percaya situasi ini karena adanya perlambatan dalam rotasi inti bumi, tempat di mana medan magnet tersebut dihasilkan.

(lebih…)

Metode Geolistrik Resistivitas 4 Januari 2011

Posted by tri susanto setiawan in Geofisika.
6 comments

Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode yang cukup banyak digunakan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah karena resistivitas dari batuan sangat sensitif terhadap kandungan airnya. Sebenarnya ide dasar dari metode ini sangatlah sederhana, yaitu dengan menganggap bumi sebagai suatu resistor.

(lebih…)

10 Terobosan Terpenting Fisika 2010 (Febdian Rusydi) 3 Januari 2011

Posted by tri susanto setiawan in Berita Fisika.
add a comment

Physics World memberi penghargaan pada 10 riset yang dianggap telah memberikan terobosan terpenting dalam fisika selama kurun waktu 2010. Artikel ini adalah terjemahan bebas dari Physics World reveals its top 10 breakthroughs for 2010.
(lebih…)

UNAS, apakah fungsimu ? 3 Januari 2011

Posted by tri susanto setiawan in Umum.
add a comment

Setelah sekian lama tidak menulis di blog, rasanya kangen ingin menulis kembali…… sebagai langkah awal (lagi), ada sedikit unek-unek yang muncul tiba-tiba di kepala….. saya coba untuk menuangkan dalam bentuk tulisan……

Januari ini, kalangan pendidikan untuk sekolah memasuki semester genap, itu artinya untuk siswa kelas bawah akan menghadapi kenaikan kelas, dan siswa kelas akhir akan menghadapi UNAS dan Kelulusan.
Selama ini UNAS dilaksanakan oleh pemerintah sebagai suatu kebijakan untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah. Hal itu nampak dari semakin dinaikkan-nya Nilai Minimum Kelulusan tiap tahunnya, dan juga dimasukkannya IPA ke dalam UNAS tersebut.
(lebih…)